makalah psikologi kepribadian
rizky mahfuzi
fatma yunita
shela putritawati harahap
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi
kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian
merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi.
Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki
kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya. Watak digunakan
untuk memberikan penafsiran kepada benda-benda maupun manusia.
secara
sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan
sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola
- pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan
dengan kebiasaan umum. Dari situ
lah timbul yang namanya pengetahuan, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis
dan sistematis dengan memperhitungkan sebab –akibat dan dapat untuk menerangkan
gejala – gejala tertentu. Unsur-unsur
yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata
terkandung dalam otaknya.
Seiring dengan
perkembangan zaman dan berkembangnya rasa keingintahuan dalam memahami manusia.
Salah satu teori yang dijadikan pembelajaran dalam memahami kepribadian dan
watak manusia.
B.Rumusan masalah
Masalah-masalah
yang dibahas pada makalah ini yaitu:
1. bagaimana sejarah singkat dari Alfred Adler dan
Carl Rogers?
2. apa saja Ciri-ciri teori kepribadian menurut
Alfred Adler dan Carl Rogers?
3.bagaimana Pengembangan teori pokok Alfred Adler
dan Carl Rogers?
4. Bagaimana konsep kepribadian menurut Carl
Rogers?
C.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. untuk mengetahui sejarah singkat dari Alfred
Adler dan Carl Rogers!
2. untuk mengetahui ciri –ciri teori kepribadian
menurut Alfred Adler dan Carl rogers!
3. mengetahui pengembangan teori pokok Alfred Adler
dan Carl Rogers
4. mengetahui konsep kepribadian menurut Carl
Rogers
BAB II
ISI
A. TEORI
KEPRIBADIAN ALFRED ADLER
Alfred Adler lahir di pinggiran
kota Wina pada tanggal 7 Februari 1870 dalam keluarga Yahudi, dan meninggal di
Aberdeen, Skotlandia pada tahun 1937 pada waktu ia mengadakan perjalanan
keliling untuk memberikan ceramah. Ia meraih gelar dokter pada tahun 1895 dari
Universitas Wina. Ia anak kedua dari enam bersaudara. Dia tumbuh dalam
lingkungan dimana orang-orang memiliki berbagai jenis latar belakang kehidupan,
Adler menghabiskan masa kecilnya bermain dengan teman-teman sebayanya termasuk
anak-anak Yahudi dan bukan Yahudi keduanya kalangan menengah dan kalangan
bawah. Tampak seperti perjalanan panjang dengan berbagai aspek sosial
kepribadian yang bersumber dari pengalamannya sejak awal.
Orang-orang yang telah berjasa
melengkapi teori psikoanalisis dengan pandangan psikologi sosial abad XX
terdapat empat orang , yakni Alfred Adler, Karen Horney, Erich Fromm, dan Harry
Stack Sullivan. namun mengingat kapasitas tempat dengan tidak mengurangi kadar
keseimbangan tempat bacaan dan benang merah masing-masing pandangan maka, pada
kesempatan ini akan diuraikan pandangan Alfred Adler yang mungkin dianggap
bapak "pandangan psikologi sosial yang baru" karena sudah sejak tahun
1911 ia berpisah dengan Freud karena persoalan mengenai teori seksualitas, dan
mulai mengembangkan teori di mana minat sosial dan perjuangan ke arah
superioritas menjadi dua pilar konseptualnya yang paling penting. Horney dan
Fromm melawan dengan gigih psikoanalisis yang terlalu berorientasi pada insting
dan mempertahankan relevansi variabel-variabel psikologi sosial terhadap teori
kepribadian. Harry Stack Sullivan dalam teorinya tentang hubungan-hubungan
antar pribadi mengukuhkan pendirian teori kepribadian yang berlandaskan
proses-proses sosial. Meskipun masing-masing teori itu memiliki pandangan dan
konsepnya sendiri, namun ada banyak persamaan di antara mereka sebagaimana
telah dikemukakan oleh berbagai penulis.
Ciri-ciri
teori kepribadian menurut Alfred Adler
·
Ciri pertama teori kepribadian Adler bahwa manusia
pada mulanya dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial dan bukan dorongan
seksual seperti yang dikatakan Freud. Dorongan sosial adalah sesuatu yang
dibawa sejak lahir, meskipun tipe-tipe khusus hubungan dengan orang dan
pranata-pranata sosial yang berkembang ditentukan oleh corak masyarakat tempat
orang itu dilahirkan. Dalam satu segi, pandangan Adler sama-sama bersifat
biologis seperti Freud dan Jung. Ketiganya berpendapat bahwa seseorang
mempunyai kodrat inheren yang membentuk kepribadiannya. Freud menekankan seks,
Jung menekankan pola-pola pemikiran primordial, serta Adler menekankan minat
sosial.
·
Ciri kedua dari Adler bagi teori kepribadian adalah
konsepnya mengenai diri yang kreatif. Tidak seperti ego Freud, yang terdiri
dari kumpulan proses psikologis yang melayani tujuan insting-insting. Diri yang
kreatif merupakan sistem subjektif yang sangat dipersonalisasikan, yang
menginterpretasikan danmembuat pengalaman-pengalaman organisme penuh arti. Diri
kreatif mencari pengalaman-pengalaman yang membantu pemenuhan gaya hidup sang
pribadi yang unik, apabila pengalaman-pengalaman ini tidak ditemukan di dunia,
maka diri akan berusaha menciptakannya.
·
Ciri ketiga psikologi Adler yang membedakannya dari
psikoanalisis klasik, bahwa setiap orang merupakan konfigurasi unik dari
motif-motif, sifat-sifat, minat-minat dan nilai-nilai; setiap perbuatan yang
dilakukan orang membawa corak khas gaya hidupnya sendiri. Manusia berusaha
berjuang mengembangkan gaya hidup unik, dan dorongan seksual memainkan peranan
yang kecil. Sebenarnya, cara orang memuaskan kebutuhan-kebutuhan seksualnya
ditentukan oleh gaya hidupnya, bukan sebaliknya.
Menurut Adler mahluk hidup adalah
suatu kesatuan sosial yang tidak dapat dipiahkan. Mereka menghubungkan dirinya
dengan orang-orang lain disekitar mereka dalam usaha kerja sama sosial,
menempatkan kesekjahteraan umum diatas keinginan diri sendiri, dan mendapatkan
gaya hidup yang bersifat lebih kuasa dalam organisasi social. Adler memeiliki
sumbangan pemikiran yang besar yaitu pertama, penekanan determinan
sosial dari tingkah laku, kedua, konsep tentang mengkreatifkan diri, dan
ketiga, penekanan pada cirri khas dari masing-masing kepribadian.
Pengembangan
teori pokok Alfred Adler
Adler mengembangkan pokok-pokok pikirannya sehingga
menjadi ciri khusus dari pemikiran Adlerian yaitu:
- Fictional finalism
(Tujuan Hidup)
- Dorongan keakuan
- Perasaan rendah diri
- Dorongan kemasyarakatan
- Gaya hidup
- Daya kreatif
Pokok-pokok teori adler yang terdiri dari enam
konsep pemikiran tersebatu dapat dijelaskan sebagai berikut.
a)
Fictional Finalism (Tujuan hidup)
Merupakan suatu bentuk khayalan
dalam usaha mencapai sasaran/tujuan yang belum tercapai. Manusia tidak
dipengaruhi oleh masa lampaunya melainkan dipengaruhi oleh tujuan hidupnya.
Adler dipengaruhi oleh filsafat Hans Vaihinger, dalam bukunya berjudul The
Psychology of "as if" (1925), bahwa manusia hidup dengan banyak
cita-cita yang semata-mata bersifat fiktif, yang tidak ada padanannya dalam
kenyataan. Gambaran-gambaran fiktif ini, misalnya, "semua manusia
diciptakan sama", "kejujuran adalah politik yang paling baik",
"tujuan membenarkan sarana", memungkinkan manusia menghadapi
kenyataan secara lebih efektif.
Manusia lebih dimotivasikan oleh
harapan-harapannya tentang masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa
lampaunya. Baik Vaihinger maupun Adler tidak percaya pada nasib atau takdir -
melainkan hadir secara subjektif atau secara mental di sini dan kini dalam
bentuk perjuangan-perjuangan secara cita-cita yang mempengaruhi tingkah laku
sekarang. Misalnya, apabila orang percaya bahwa ada surga bagi orang-orang
saleh dan neraka bagi para pendosa, maka bisa diandaikan bahwa kepercayaan ini
akan sangat memengaruhi tingkah laku psikologisnya sekarang.
Adler menegaskan bahwa
superioritas bukan merupakan bentuk sosial yang terkotak-kotak, kepemimpinan,
atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Tetapi superioritas yang
dimaksudkan Adler adalah sesuatu yang sangat mirip dengan konsep Jung tentang
diri atau prinsip aktualisasi diri dari Goldstein. Superioritas adalah
perjuangan ke arah kesempurnaan. Apakah tujuan final yang diperjuangkan oleh
manusia dan yang memberikan konsistensi dan kesatuan pada kepribadian. Tujuan
final manusia yakni: menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan menjadi superior
(aktualisasi diri). Dari lahir sampai mati perjuangan ke arah superioritas itu
membawa pribadi dari satu tahap perkembangan ke tahap-tahap perkembangan
berikutnya yang lebih tinggi. Ia merupakan prinsip dinamik prepoten.
Dorongan-dorongan, tidaklah terpisah, karena masing-masing dorongan mendapatkan
dayanya dari perjuangan ke arah kesempurnaan. Adler mengakui bahwa dorongan ke
arah superioritas itu dapat menjelma dengan beribu-ribu cara yang berbeda-beda,
dan bahwa setiap orang mempunyai cara konkret masing-masing untuk mencapai atau
berusaha mencapai kesempurnaan.
Adler berpendapat bahwa perasaan
rendah diri (inferiority) bukan merupakan hal yang abnormal. Dibawah
keadaan normal, perasaan rendah diri dapat merupakan kekuatan penggerak yang
sangat besar. Dengan kata lain jika manusia ditekan oleh keinginan untuk
mengatasi rendah diri dengan keinginan menjadi superior. Usaha tersebut dapat
dikatakan kompensasi. Jika seseorang mengalami gejala gangguan psikis rasa
rendah diri, ia akan mengalami kompleks rendah diri yang kemudian akan
menimbulkan over kompensasi sehingga dapat diatasi dengan kompleks superior.
Adler mengemukakan ide tentang
inferioritas organ tubuh dan kompensasi yang berlebihan, bahwa yang menentukan
letak gangguan tertentu adalah inferioritas
dasar pada bagian itu, suatu inferioritas yang timbul karena hereditas maupun
karena suatu kelainan dalam perkembangan. Selanjutnya ia mengamati bahwa orang
yang mempunyai organ yang cacat seringkali berusaha mengkompensasikan kelemahan
itu dengan jalan memperkuatnya melalui latihan intensif.
Contoh
Theodore Roosevelt, yang lemah pada masa mudanya
tetapi berkat latihan yang sistematik akhirnya menjadi orang yang berfisik
tegap. Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritasnya dan
ditarik oleh hasrat untuk menjadi superior. Adler bukanlah seorang pendukung
hedonisme. Meskipun ia yakin bahwa perasaan inferioritas menyakitkan, namun ia
tidak berpikir bahwa hilangnya perasaan-perasaan ini dengan demikian
mendatangkan kenikmatan. Bagi Adler, tujuan hidup adalah kesempurnaan, bukan
kenikmatan.
Minat sosial terjelma dalam
bentuk-bentuk seperti kerjasama, hubungan antar pribadi dan hubungan sosial,
identifikasi dengan kelompok, empati dan sebagainya, namun makna istilah itu
sendiri jauh lebih luas daripada hal-hal ini. Menurut artinya yang terdalam,
minat sosial berupa individu membantu masyarakat mencapai tujuan terciptanya
masyarakat yang sempurna. "Minat sosial merupakan kompensasi sejati dan
yang tak dapat dielakkan bagi semua kelemahan alamiah manusia
individual.". Dorongan ini sudah ada sejak lahir tetapi tidak secara
spontan melainkan berkembang melalui bimbingan dan latihan.
Dorongan kemasyarakatan adalah
dorongan untuk membantu masyarakat dan dorongan untuk mencapai tujuan masyarakat
yang sempurna. Adler yakin bahwa minat sosial bersifat bawaan; bahwa manusia
adalah makhluk sosial menurut kodratnya, bukan karena kebiasaan belaka. Akan
tetapi sama seperti setiap bakat kodrati lainnya, kecenderungan yang dibawa
sejak lahir ini tidak bisa muncul secara spontan, tetapi harus ditumbuhkan
lewat bimbingan dan latihan. Karena ia yakin akan pentingnya pendidikan, maka
Adler menyediakan banyak waktu untuk mendirikan klinik bimbingan kanak-kanak,
menyempurnakan sekolah-sekolah, dan mendidik masyarakat tentang cara-cara yang
tepat untuk mengasuh anak-anak. Minat kemasyarakatan menggantikan minat yang
bersifat mementingkan diri.
Gaya hidup merupakan
prinsip-prinsip idiografik Adler yang utama; itulah prinsip yang menjelaskan
keunikan seseorang. Setiap orang mempunyai gaya hidup tetapi tidak mungkin ada
dua orang mengembangkan gaya hidup yang sama. ada yang pengembangan pada bentuk
tubuh yaitu dengan menguatkan otot sehingga kelihatan menjadi individu yang
berotot sempurna. Gaya hidup sebagian besar ditentukan oleh
inferioritas-inferioritas khusus, khayalan atau nyata yang dimiliki individu.
Gaya hidup merupakan kompensasi dari suatu inferioritas khusus. Apabila anak
memiliki kelemahan fisik, maka gaya hidupnya akan berwujud melakukan hal-hal
yang akan menghasilkan fisik yang kuat. Anak yang bodoh akan berjuang mencapai
superioritas intelektual. Gaya hidup Napoleon yang bersifat serba menaklukkan
itu bersumber pada tubuhnya yang kecil, sedangkan nafsu serakah Hitler untuk
menaklukkan dunia bersumber pada impotensi seksualnya. Hal ini menjadi prinsip
yang lebih dinamik dan menemukan diri yang kreatif.
Tingkah laku manusia dibentuk
dari gaya hiduppnya yang dibentuk pada usia sekitar 4 – 5 tahun, kemudian
berkembang sesuai dengan pengalaman-pengalamannya dikelak kemudian hari. Gaya
hidup manusia mungkin tidak berubah karena setelah manusia mendapatkan apa yang
sesuai dengan keinginannya, ia akan berusaha untuk memelihara dan mempertahankannya.
Gaya hidup ditentukan oleh luasnya inferioritas-inferioritas yang istimewa.
Jika anak lemah fisik, ia akan berusaha untuk memiliki gaya hidup dan
menguatkan intelektual yang tinggi.
Daya kreatif merupakan konsep
lanjutan yang berkembang dari gaya hidup. Isi dari daya kreatif merupakan hal
yang paling berkuasa dalam struktur kepribadian dimana daya kreatif ini
terbentuk dari keturunan maupun pengalaman sehari hari. Selain itu daya kreatif
meripakan prinsip yang aktif dari kehidupan manusia, merupakan jembatan antara
stimulus-stimulus yang menerpa seseorang dan respon-respon yang diberikan orang
yang bersangkutan terhadap stimulus-stimulus itu. Pada hakikatnya, doktrin
tentang diri kreatif itu menyatakan bahwa manusia membentuk kepribadiannya
sendiri. Adler menawarkan potret manusia yang lebih memuaskan, lebih penuh
harapan, dan lebih mengangkat harkat manusia. Konsepsi Adler tentang hakikat
kepribadian sejalan dengan pengertian populer bahwa individu-individu dapat
menjadi tuan, bukan korban dari suratan tangannya. Diri kreatif adalah ragi
yang mengolah fakta-fakta dunia dan mentransformasikan fakta-fakta ini menjadi
kepribadian yang bersifat subjektif, dinamik, menyatu, personal dan unik. Diri
kreatif memberikan arti pada kehidupan; ia menciptakan tujuan maupun sarana
untuk mencapainya. Diri kreatif adalah prinsip aktif kehidupan manusia, dengan
altruisme, humanitarianisme, kerjasama, kreativitas, keunikan, dan kesadaran,
untuk mencapai kembali rasa martabat dan harga diri pada manusia yang telah
dihancurkan oleh psikoanalisis.
B. TEORI
KEPRIBADIAN CARL ROGER
1.
SEJARAH SINGKAT CARL ROGERS
Carl Rogers lahir pada tanggal 8
Januari 1902 di Oak Park, illionis, sebuah daerah pinggiran Chicago.Masuk
psikologi klinis di Columbia University dan menerima gelar Ph.D thn 1931. Tahun
1942, dia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy. Pada thn 1945
dia di undang untk mendirikan pusat konseling di Universitas of Chicago. Tahun
1946-1957 menjadi Presiden the American Psychological Association. Dia
meninggal pd thn 1987.
2. KONSEP KEPRIBADIAN
- Tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari
bagaimana dia memandang realita secara subyektif.
- Bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan
nasibnya sendiri.
- Manusia itu Bebas, Rasional, Utuh, mudah
berubah, sebjektif, heterostatis, dan sukar di pahami.
- Tori Rogers adalah memanusiakan manusia.
- Rogers terkenal dengan terapy client-centered
therapy
Rogers adalah orang yang pertama melibatkan
peneliti ke dalam sesi terapi (memakai tape recorder) yang pada tahun 1940
membuka sesi klien untuk di cermati orang lain.
Tekniknya mudah di pahami dan banyak bermanfaat
bagi klien, sehingga tersebar luas di kalangan konselor pendidikan, konselor dan
bimbingan dan pekerja sosial.
Untuk mempergunakannya di butuhkan sedikit atau
tanpa pengetahuan mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian.
3. TEORI
KEPRIBADIAN MENURUT CARL ROGERS
Carl Rogers
adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang
berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan
pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan
pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain,
Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah,
sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang
sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
a. Perkembangan
Kepribadian “Self”
Self atau self concept adalah
konsep menyeluruh yang terorganisir mengenai pengalaman yang berhubungan dengan
aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self concept menggambarkan
konsep orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi
bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai perannya dalam kehidupan dan
dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep pokok
dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self
merupakan struktur kepribadian yang sebenarnya. Carl Rogers mendeskripsikan the
self atau self-structure sebagai
sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya
sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
Real Self adalah keadaan diri
individu saat ini.
Ideal Self adalah keadaan diri
individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin
dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian
Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen
sebidang. Artinya ada saat dimana self berada pada keadaan inkongruen,
kongruensi self ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental,
self yang kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan
persepsi “self I” dan “self me” sesuai dengan realitas dan interpretasi self
yang lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan
ini. Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang
dirasakan dan jika tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau
mal-adjustment atau neurosis. Misalkan anda memiliki ideal selfsebagai
orang yang memiliki bentuk tubuh ideal serta memiliki prestasi yang tinggi
dibanding teman –teman anda, tetapi nyatanya real self anda
adalah orang yang tidak memiliki bentuk tubuh yang ideal serta prestasi anda
adalah rata-rata dengan teman-teman anda maka akan ada kesenjangan antara real
self dan ideal self yang dapat menimbulkan kecemasan.
Bila
seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan,
maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut
Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental,
seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik.
Sedangkan ciri-ciri orang yang mengalami sehat secara psikologis (kongruen),
dalam Syamsu dan Juntika (2010:145) disebutkan sebagai berikut :
- Seseorang mampu mempersepsi dirinya, orang lain
dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
- Terbuka terhadap semua pengalaman, karena tidak
mengancam konsep dirinya
- Mampu menggunakan semua pengalaman
- Mampu mengembangkan diri ke arah aktualisasi
diri (fully functioning person).
Bagian dari medan fenomenal yang
terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar
atas diri sendiri.
·
Berkembang dari interaksi dengan lingkungan
·
Individu berperilaku dengan cara yang selaras/
konsisten dengan self
·
Pengalaman yang tidak selaras dengan self
dianggap sebagai ancaman
·
Self mungkin berubah sebagai hasil dari
maturation dan proses belajar
b. Peran Positive Dalam
Pembentukan Kepribadian
Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, dan cinta dari orang lain (warmth, liking, respect, sympathy
& acceptance, love & affection). Kebutuhan ini disebut need
for positive regard. Positive regard terbagi menjadi 2
yaitu:
Conditional
positive regard (bersyarat) Conditional positive regard atau
penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan orang tua memuji, menghormati,
dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh anak itu berpikir dan
bertingkah laku seperti dikehendaki orangtua.
Unconditional
positive regard (tak bersyarat). Unconditional positive regard disini
anak tanpa syarat apapun dihargai dan diterima sepenuhnya.
Rogers
menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami
penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena
nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak
bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Setelah self dan organism bisa menjadi
suatu kesatuan yang baik, namun ketika ia masuk ke lingkungan sosial luar yang
beperan sebagai medan phenomenal. Belum tentu ia dapat berkembang dengan sebagaimana
mestinya.
Untuk
mengatasi tekanan yang dirasakan, Rogers berpendapat terdapat cara untuk
mengatasinya, yaitu melalui Pertahanan. Ketika individu berada dalam incongruity maka
pada saat itu individu berada dalam situasi terancam. Menjelang situasi yang
mengancam itu individu akan merasa cemas. Salah satu cara menghindarinya adalah
dengan melarikan diri dalam bentuk psikologis dengan menggunakan
pertahanan-pertahanan. Dua macam cara pertahanan adalah pengingkaran dan
distorsi perseptual.
Pengingkaran adalah
individu memblokir situasi yang mengancam melalui menyingkirkan kenangan buruk
atau rangsangan yang memancing kenangan itu munculdari kesadaran (menolak untuk
mengingatnya). Distorsi perseptual adalah penafsiran kembali sebuah situasi
sedemikian rupasehingga tidak lagi dirasakan terlalu mengancam. Ketika
pertahanan yang dilakukan seseorang runtuh dan merasa dirinya hancur
berkeping-keping disebut sebagai psikosis. Akibatnya perilaku individu menjadi
tidak konsisten, kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung, emosinya
tidak tertata, tidak mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta menjadi
individu yang tidak punya arah dan pasif.
c. Orang yang Berfungsi
Sepenuhnya
- Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan
pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan
yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke system saraf organisme
tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang
demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi
kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima
pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat
menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsidan ungkapan baru.
Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut
syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang
peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang
berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa
dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik
kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada
orang yang defensif.
- Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya,
hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, karena orang yang sehat terbuka
kepada semua pengalaman, maka diri atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi
atau disegarkan oleh tiap pengalaman, akan tetapi orang yang defensif harus
mengubah suatu pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri; dia
memiliki suatu struktur diri yang berprasangka dimana semua pengalaman harus
cocok dengannya.
Rogers percaya bahwa kualitas
dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari
kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi
pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang
dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang
berikutnya.
3. Kepercayaan
Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip ini
mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri.
Dia menulis “apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu
dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya telah
belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih
dapat dipercaya daripada pikiran saya?”.
Dengan kata
lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang
sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan
daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
Karena
seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka
orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya
akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang defensif membuat
keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.
- Perasaan Bebas
Rogers percaya
bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami
kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan
bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif
pikiran dan tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak
diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena
merasa bebas dan berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan
dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
Orang yang
defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat memutuskan
untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan
pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
- Kreativitas
Semua orang
yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif kerpakali
benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus
apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan merka
dan memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling
penuh.
Orang yang
defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap banyak pengalaman,
dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan adalah tidak
kreatif dan tidak spontan.
Rogers percaya
bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan
bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi
lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi
perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran atau
bencana-bencana alamiah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama
dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Teori psikologi
individual Adler ini, memang lebih banyak berupaya menyadarkan manusia, bahwa
ia merupakan mahluk yang berdaya dan memiliki rasa sosial yang dalam, sehingga
itu pulalah ia dapat “survive” dalam menjalani hidup. Teori ini pula, memiliki
kekuatan dalam hal memprediksi perilaku manusia melalui tujuan semu atau akhir
dari perilaku yang diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran
dari diri manusia tersebut.
Rogers lebih
mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga
komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers,
yaitu : organisme, medan fenomena, dan self. Rogers mengartikan medan fenomena
sebagai keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang
disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya.
Diri merupakan salah satu
konstruk sentral dalam teori Rogers, dan ia telah memberikan suatu kejelasan
yang menarik bagaimana ini terjadi Berbicara secara pribadi, saya memulai karir
saya dengan keyakinan yang mantap bahwa “diri” adalah suatu istilah yang kabur,
ambigu atau bermakna ganda, istilah yang tidak berarti secara ilmiah, dan telah
hilang dari kamus para psikolog bersama menghilangnya para introspeksionis. Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis
yang diletakkan oleh hereditas. Ketika
organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom,
dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku
adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu
dipersepsikan.
DAFTAR PUSTAKA