Wednesday, 11 January 2017

Membuat Visi Misi Serta Kualifikasi Tenaga Pendidik Dan Peserta didik

tugas mata kuliah ilmu pendidikan islam
membuat visi misi serta kualifikasi tenaga pendidik dan peserta didik yang ideal

RIZKY MAHFUZI
DIAN DIANA SAYUTI
SHELA PUTRITAWATI HARAHAP




VISI
UNGGUL DALAM MUTU, BERPIJAK PADA IMAN DAN TAKWA SERTA BERPRESTASI DAN TERDEPAN
MISI
1.      MEWUJUDKAN SEKOLAH INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN
2.      MENGEMBANGKAN ORGANISASI SEKOLAH YANG TERUS BELAJAR
3.      MEMPERDAYAKAN PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIK YANG MAMPU DAN TANGGUH
4.      MEWUJUDKAN PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KECAKAPAN DALAM BAHASA ASING
5.      MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA PENDIDIK YANG BERTARAF NASIONAL
6.      MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR PESERTA DIDIK BERBASIS MODERN

ARGUMEN:
·         Sebagai sekolah yang bernafaskan islam harus lah berpijak pada keimanan dan ketakwaan terhadap allah swt.
·         Berusaha dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga muncul ketertarikan dari masyarakat untuk memasukkan anaknya pada sekolah yang memilikimetode belajar yang efektif,efisien dan menyenangkan
·         Memiliki tenaga pendidik yang terkualifikasi dengan baik sehingga  mampu menciptakan lulusan-lulusan yang berkualitas
·         Meberikan pelajaran bahasa asing kepada peserta didik sehingga menjadi modal untuk peserta didik menyambung pendidikan nya atau pun bekerja ( karena setiap akhir tahun selalu ada kegiatan magang salah satunnya ke jepang untuk bekerja dengan tamantan minimal sma )
·         Selalu mengikuti event-event lomba yang diselenggarakan berusaha dalam meraih segala prestasi selalu berusaha terdepan pada pendidikan menengah atas sehingga menjadi sekolah unggul dan berkualitas terbaik.





KURIKULUM
1.Pengembangan Kepribadian Islam
Tujuan pengembangan kepribadian Islam adalah membentuk pribadi yang unggul yang memiliki akidah yang lurus, ibadah yang benar dan akhlak yang mulia yang tercemin dalam perilaku setiap hari baik di sekolah maupun di rumah yang terintegrasi melalui kegiatan: Keagamaan, social serta Budaya Etika seorang muslim, sholat dhuha secara mandiri, sholat dzuhur berjamaah di masjid dan kegiatan-kegiatan keislaman lainya.
2.Penguasaan Bahasa Asing
Pembelajaran Bahasa asing Sebagai bekal untuk peserta didik dengan melalkukan kegiatan Club, Diskusi serta mempraktikkannya dilingkungan sekolah pada hari-hari tertentu
3.Penguasaan IPTEK
Dimensi pribadi unggul di bidang penguasaan IPTEK di MAN  Al Azhar dilakukan melalui program IT Based Curicullum, dimana kegiatan pembelajaran diintegrasiakan menggunakan perangkat multimedia yang didukung perangkat Wifi dan jaringan internet serta dilengkapi dengan laboratorium computer multimedia yang representatif.
4.Pengembangan Life Skill (ketrampilan, kemandirian dan kepribadian)
Keberhasilan sebuah proses pendidikan tidak hanya diukur dari aspek akademis, dalam hal penguasaan IPTEK semata, namun juga perlu dibekali dengan ilmu kecakapan global (global skill), kecakapan hidup(life skill), dan nilai-nilai luhur (Akhlaqul Karimah). (http://www.al-azharsolobaru.net/sma-islam-al-azhar-7-solo-baru/kurikulumsmaia7.html)

ARGUMEN
1. Memiliki kepribadian yang islami serta berusaha mewujudkan peserta didik yang berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran islam, beretika serta berusaha melakukan kegiatan baik dan positif baik dilingkungan sekolah maupun luar ekolah
2. Belajar Bahasa Asing menjadi bekal untuk siswa ketika tamat dari sekolah dan melanjutkan jenjang perguruan tinggi, bekerja ataupun menjadi keterampilan lifeskill
3. mempelajari iptek sebagai bekal untuk bekerja dan mengikuti kemajuan zaman serta teknologi yang modern
4. pengembangan life skill sebagai suatu keterampilan bagi peserta didik untuk memiliki keahlian serta keterampilan selama sekolah.

MATA PELAJARAN
1.      Pendidikan Agama Islam
2.      Ilmu Fiqih
3.      Bahasa Arab
4.      Bahasa Jepang
5.      Bahasa Inggris
6.      Bahasa Indonesia
7.      Ilmu pengetahuan Alam ( IPA )
8.      Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )
9.      Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PKN )
10.  Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan ( Penjaskes )
11.  Matematika
12.  Teknologi Informasi Komputer ( TIK )

EKSTRA KURIKULER
Ø  Seni Budaya :
·      Tari
·      Hadrah
·      Vokal Lagu
·      Alat Music
·      Teater
·      Puisi
Ø  Club Bahasa:
·      Bahasa Jepang
·      Bahasa Arab
·      Bahasa Inggris
Ø  Organisasi:
·         Pramuka
·         Osis
·         Pik-R
Ø  Keagamaan
·         Barzanji
·         Tilawatil Qur’an
·         Tahfidz
·         Al-qur’an Hadits
Ø  Olahraga


KUALIFIKASI TENAGA PENDIDIK
1.    DIUTAMAKAN TAMATAN S2 ( UNTUK S1 HARUSLAH SESUAI DENGAN JURUSANNYA)
2.    APABILA TAMATAN S1 HARUSLAH SUDAH BERPENGALAMAN
3.    PERNAH BERPRESTASI DALAM AJANG LOMBA SELAMA MENJADI SISWA DAN MAHASISWA ( DI BUKTIKAN DENGAN MELAMPIRKAN PIAGAM/SERTIFIKAT )
4.    TIDAK BERUSIA LEBIH DARI 35 TAHUN SAAT MASUK MENJADI GURU
5.    MAMPU MENGOPERASIKAN ICT
6.    KREATIF
7.    BERAGAMA ISLAM


ALASAN
·         Seorang guru haruslah memahami mata pelajaran apa yang akan dia ajar karena telah ia pelajari saat kuliah strata 1nya. Sedangkan untuk strata 2nya seluruh jurusan tidaklah menjadi sebuah permasalahan dalam mengajar
·         Apabila seorang guru tamatan strata 1 hendaklah ia telah memiliki pengalaman sebagai guru, karena apabila tidak memiliki pengalaman sama sekali maka proses pembelajaran tidak akan efisien, dan mengajar ini dianggap  proses belajar oleh calon guru
·         Piagam atau sertifikat berprestasi juga wajib dilampirkan oleh calon guru sehingga prestasi yang dimilikinya tersebut dapat dikembangkan di sekolah Al-azhar tersebut.
·         Usia juga mempengaruhi pembelajaran, guru yang muda biasanya memiliki semangat mengajar yang tinggi dan memiliki gairah dalam mengajar yang baik pula karena pengalaman serta jiwa muda yang tinggi.
·         Guru harus memiliki keahlian mengoperasikan ict karena pada setiap kelas telah tersedia proyektor ( in focus ) serta laptop untuk mengajar, sedangkan papan tulis hanyalah sebagai media pembantu saja dalam penyampaian belajar
·           Seorang guru harus lah dapat mengajar dengan cara yang kreatif, memiliki ide-ide menarik sehingga peserta didik tidak merasa bosan dalam belajar karena gurunya selalu berinofasi dalam menyampaikan materi belajar.


KUALIFIKASI PESERTA DIDIK
1.      CALON PESERTA DIDIK PERNAH MASUK DALAM 10 BESAR MINIMAL 4 KALI SELAMA MENJADI PESERTA DIDIK DI SEKOLAH SEBELUMNYA
2.      MEMILIKI PIAGAM BERPRESTASI MINIMAL TINGKAT KABUPATEN MINIMAL 3
3.      SEHAT JASMANI DAN ROHANI ( MEMILIKI KETAHAN FISIK YANG KUAT TIDAK MEMILIKI PENYAKIT YANG BERAT )
4.      BERAGAMA ISLAM


ALASAN
·         Peserta didik yang pernah masuk dalam 10 besar selama 4 kali merupakan peserta didik yang berjuang dan pekerja keras untuk meraih prestasi belajar dikelasnya
·         Siswa yang memiliki piagam berprestasi minimal ditingkat kabupaten minimal 3 menandakan bahwa peserta didik tersebut aktif, kreatif dan cerdas sehingga cocok untuk menjadi peserta didik di MAN Al-azhar.
·         Siswa yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik akan dapat mengikuti segala macam kegiatan  yang ada di MAN al-azhar





 

Tuesday, 10 January 2017

teori psikologi kepribadian menurut alfred adler dan carl rogers



makalah psikologi kepribadian
rizky mahfuzi
fatma yunita
shela putritawati harahap


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya. Watak digunakan untuk memberikan penafsiran kepada benda-benda maupun manusia.
secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola - pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum. Dari situ lah timbul yang namanya  pengetahuan, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis dengan memperhitungkan sebab –akibat dan dapat untuk menerangkan gejala – gejala tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya rasa keingintahuan dalam memahami manusia. Salah satu teori yang dijadikan pembelajaran dalam memahami kepribadian dan watak manusia.

B.Rumusan masalah
Masalah-masalah yang dibahas pada makalah ini yaitu:
1. bagaimana sejarah singkat dari Alfred Adler dan Carl Rogers?
2. apa saja Ciri-ciri teori kepribadian menurut Alfred Adler dan Carl  Rogers?
3.bagaimana Pengembangan teori pokok Alfred Adler dan Carl Rogers?
4. Bagaimana konsep kepribadian menurut Carl Rogers?

C.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. untuk mengetahui sejarah singkat dari Alfred Adler dan Carl Rogers!
2. untuk mengetahui ciri –ciri teori kepribadian menurut Alfred Adler dan Carl rogers!
3. mengetahui pengembangan teori pokok Alfred Adler dan Carl Rogers
4. mengetahui konsep kepribadian menurut Carl Rogers


BAB II
ISI
A. TEORI KEPRIBADIAN ALFRED ADLER
Sejarah singkat
Alfred Adler lahir di pinggiran kota Wina pada tanggal 7 Februari 1870 dalam keluarga Yahudi, dan meninggal di Aberdeen, Skotlandia pada tahun 1937 pada waktu ia mengadakan perjalanan keliling untuk memberikan ceramah. Ia meraih gelar dokter pada tahun 1895 dari Universitas Wina. Ia anak kedua dari enam bersaudara. Dia tumbuh dalam lingkungan dimana orang-orang memiliki berbagai jenis latar belakang kehidupan, Adler menghabiskan masa kecilnya bermain dengan teman-teman sebayanya termasuk anak-anak Yahudi dan bukan Yahudi keduanya kalangan menengah dan kalangan bawah. Tampak seperti perjalanan panjang dengan berbagai aspek sosial kepribadian yang bersumber dari pengalamannya sejak awal.

Orang-orang yang telah berjasa melengkapi teori psikoanalisis dengan pandangan psikologi sosial abad XX terdapat empat orang , yakni Alfred Adler, Karen Horney, Erich Fromm, dan Harry Stack Sullivan. namun mengingat kapasitas tempat dengan tidak mengurangi kadar keseimbangan tempat bacaan dan benang merah masing-masing pandangan maka, pada kesempatan ini akan diuraikan pandangan Alfred Adler yang mungkin dianggap bapak "pandangan psikologi sosial yang baru" karena sudah sejak tahun 1911 ia berpisah dengan Freud karena persoalan mengenai teori seksualitas, dan mulai mengembangkan teori di mana minat sosial dan perjuangan ke arah superioritas menjadi dua pilar konseptualnya yang paling penting. Horney dan Fromm melawan dengan gigih psikoanalisis yang terlalu berorientasi pada insting dan mempertahankan relevansi variabel-variabel psikologi sosial terhadap teori kepribadian. Harry Stack Sullivan dalam teorinya tentang hubungan-hubungan antar pribadi mengukuhkan pendirian teori kepribadian yang berlandaskan proses-proses sosial. Meskipun masing-masing teori itu memiliki pandangan dan konsepnya sendiri, namun ada banyak persamaan di antara mereka sebagaimana telah dikemuka­kan oleh berbagai penulis.[1]

Ciri-ciri teori kepribadian menurut Alfred Adler
·         Ciri pertama teori kepribadian Adler bahwa manusia pada mulanya dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial dan bukan dorongan seksual seperti yang dikatakan Freud. Dorongan sosial adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, meskipun tipe-tipe khusus hubungan dengan orang dan pranata-pranata sosial yang berkembang ditentukan oleh corak masyarakat tempat orang itu dilahirkan. Dalam satu segi, pandangan Adler sama-sama bersifat biologis seperti Freud dan Jung. Ketiganya berpendapat bahwa seseorang mempunyai kodrat inheren yang membentuk kepribadiannya. Freud menekankan seks, Jung menekankan pola-pola pemikiran primordial, serta Adler menekankan minat sosial.

·         Ciri kedua dari Adler bagi teori kepribadian adalah konsepnya mengenai diri yang kreatif. Tidak seperti ego Freud, yang terdiri dari kumpulan proses psikologis yang melayani tujuan insting-insting. Diri yang kreatif merupakan sistem subjektif yang sangat dipersonalisasikan, yang menginterpretasikan danmembuat pengalaman-pengalaman organisme penuh arti. Diri kreatif mencari pengalaman-pengalaman yang membantu pemenuhan gaya hidup sang pribadi yang unik, apabila pengalaman-pengalaman ini tidak ditemukan di dunia, maka diri akan berusaha menciptakannya.

·         Ciri ketiga psikologi Adler yang membedakannya dari psikoanalisis klasik, bahwa setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat dan nilai-nilai; setiap perbuatan yang dilakukan orang membawa corak khas gaya hidupnya sendiri. Manusia berusaha berjuang mengembangkan gaya hidup unik, dan dorongan seksual me­mainkan peranan yang kecil. Sebenarnya, cara orang memuaskan kebutuhan-kebutuhan seksualnya ditentukan oleh gaya hidupnya, bukan sebaliknya.

Menurut Adler mahluk hidup adalah suatu kesatuan sosial yang tidak dapat dipiahkan. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang-orang lain disekitar mereka dalam usaha kerja sama sosial, menempatkan kesekjahteraan umum diatas keinginan diri sendiri, dan mendapatkan gaya hidup yang bersifat lebih kuasa dalam organisasi social. Adler memeiliki sumbangan pemikiran yang besar yaitu pertama, penekanan determinan sosial dari tingkah laku, kedua, konsep tentang mengkreatifkan diri, dan ketiga, penekanan pada cirri khas dari masing-masing kepribadian.

Pengembangan teori pokok Alfred Adler
Adler mengembangkan pokok-pokok pikirannya sehingga menjadi ciri khusus dari pemikiran Adlerian yaitu:
  1. Fictional finalism (Tujuan Hidup)
  2. Dorongan keakuan
  3. Perasaan rendah diri
  4. Dorongan kemasyarakatan
  5. Gaya hidup
  6. Daya kreatif
Pokok-pokok teori adler yang terdiri dari enam konsep pemikiran tersebatu dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Fictional Finalism (Tujuan hidup)
Merupakan suatu bentuk khayalan dalam usaha mencapai sasaran/tujuan yang belum tercapai. Manusia tidak dipengaruhi oleh masa lampaunya melainkan dipengaruhi oleh tujuan hidupnya. Adler dipengaruhi oleh filsafat Hans Vaihinger, dalam bukunya berjudul The Psychology of "as if" (1925), bahwa manusia hidup dengan banyak cita-cita yang semata-mata bersifat fiktif, yang tidak ada padanannya dalam kenyataan. Gambaran-gambaran fiktif ini, misalnya, "semua manusia diciptakan sama", "kejujuran adalah politik yang paling baik", "tujuan membenarkan sarana", memungkinkan manusia menghadapi kenyataan secara lebih efektif.

Manusia lebih dimotivasikan oleh harapan-harapannya tentang masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa lampaunya. Baik Vaihinger maupun Adler tidak percaya pada nasib atau takdir - melainkan hadir secara subjektif atau secara mental di sini dan kini dalam bentuk perjuangan-perjuangan secara cita-cita yang mempengaruhi tingkah laku sekarang. Misalnya, apabila orang percaya bahwa ada surga bagi orang-orang saleh dan neraka bagi para pendosa, maka bisa diandaikan bahwa kepercayaan ini akan sangat memengaruhi tingkah laku psikologisnya sekarang.
Adler menegaskan bahwa superioritas bukan merupakan bentuk sosial yang terkotak-kotak, kepemimpinan, atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Tetapi superioritas yang dimaksudkan Adler adalah sesuatu yang sangat mirip dengan konsep Jung tentang diri atau prinsip aktualisasi diri dari Goldstein. Superioritas adalah perjuangan ke arah kesempurnaan. Apakah tujuan final yang diperjuangkan oleh manusia dan yang memberikan konsistensi dan kesatuan pada kepribadian. Tujuan final manusia yakni: menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan menjadi superior (aktualisasi diri). Dari lahir sampai mati perjuangan ke arah superioritas itu membawa pribadi dari satu tahap perkembangan ke tahap-tahap perkembangan berikutnya yang lebih tinggi. Ia merupakan prinsip dinamik prepoten. Dorongan-dorongan, tidaklah terpisah, karena masing-masing dorongan mendapatkan dayanya dari perjuangan ke arah kesempurnaan. Adler mengakui bahwa dorongan ke arah superioritas itu dapat menjelma dengan beribu-ribu cara yang berbeda-beda, dan bahwa setiap orang mempunyai cara konkret masing-masing untuk mencapai atau berusaha mencapai kesempurnaan.
Adler berpendapat bahwa perasaan rendah diri (inferiority) bukan merupakan hal yang abnormal. Dibawah keadaan normal, perasaan rendah diri dapat merupakan kekuatan penggerak yang sangat besar. Dengan kata lain jika manusia ditekan oleh keinginan untuk mengatasi rendah diri dengan keinginan menjadi superior. Usaha tersebut dapat dikatakan kompensasi. Jika seseorang mengalami gejala gangguan psikis rasa rendah diri, ia akan mengalami kompleks rendah diri yang kemudian akan menimbulkan over kompensasi sehingga dapat diatasi dengan kompleks superior.

Adler mengemukakan ide tentang inferioritas organ tubuh dan kompensasi yang berlebihan, bahwa yang menentukan letak gangguan tertentu adalah inferioritas
dasar pada bagian itu, suatu inferioritas yang timbul karena hereditas mau­pun karena suatu kelainan dalam perkembangan. Selanjutnya ia mengamati bahwa orang yang mempunyai organ yang cacat seringkali berusaha mengkompensasikan kelemahan itu dengan jalan memperkuatnya melalui latihan intensif.
Contoh
Theodore Roosevelt, yang lemah pada masa mudanya tetapi berkat latihan yang sistematik akhirnya menjadi orang yang berfisik tegap. Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritasnya dan ditarik oleh hasrat untuk menjadi superior. Adler bukanlah seorang pendukung hedonisme. Meskipun ia yakin bahwa perasaan inferioritas menyakitkan, namun ia tidak berpikir bahwa hilangnya perasaan-perasaan ini dengan demikian mendatangkan kenikmatan. Bagi Adler, tujuan hidup adalah kesempurnaan, bukan kenikmatan.
Minat sosial terjelma dalam bentuk-bentuk seperti kerjasama, hubungan antar pribadi dan hubungan sosial, identifikasi dengan kelompok, empati dan sebagainya, namun makna istilah itu sendiri jauh lebih luas daripada hal-hal ini. Menurut artinya yang terdalam, minat sosial berupa individu membantu masyarakat mencapai tujuan terciptanya masyarakat yang sempurna. "Minat sosial merupakan kompensasi sejati dan yang tak dapat dielakkan bagi semua kelemahan alamiah manusia individual.". Dorongan ini sudah ada sejak lahir tetapi tidak secara spontan melainkan berkembang melalui bimbingan dan latihan.

Dorongan kemasyarakatan adalah dorongan untuk membantu masyarakat dan dorongan untuk mencapai tujuan masyarakat yang sempurna. Adler yakin bahwa minat sosial bersifat bawaan; bahwa manusia adalah makhluk sosial menurut kodratnya, bukan kare­na kebiasaan belaka. Akan tetapi sama seperti setiap bakat kodrati lainnya, kecenderungan yang dibawa sejak lahir ini tidak bisa muncul secara spontan, tetapi harus ditumbuhkan lewat bimbingan dan latihan. Karena ia yakin akan pentingnya pendidikan, maka Adler menyediakan banyak waktu untuk mendirikan klinik bimbingan kanak-kanak, menyempurnakan sekolah-sekolah, dan mendidik masyarakat tentang cara-cara yang tepat untuk mengasuh anak-anak. Minat kemasyarakatan menggantikan minat yang bersifat mementingkan diri.
Gaya hidup merupakan prinsip-prinsip idiografik Adler yang utama; itulah prinsip yang menjelaskan keunikan seseorang. Setiap orang mempunyai gaya hidup tetapi tidak mungkin ada dua orang mengembangkan gaya hidup yang sama. ada yang pengembangan pada bentuk tubuh yaitu dengan menguatkan otot sehingga kelihatan menjadi individu yang berotot sempurna. Gaya hidup sebagian besar ditentukan oleh inferioritas-inferioritas khusus, khayalan atau nyata yang dimiliki individu. Gaya hidup merupakan kompensasi dari suatu inferioritas khusus. Apabila anak memiliki kelemahan fisik, maka gaya hidupnya akan berwujud melakukan hal-hal yang akan menghasilkan fisik yang kuat. Anak yang bodoh akan berjuang mencapai superioritas intelektual. Gaya hidup Napoleon yang bersifat serba menaklukkan itu bersumber pada tubuhnya yang kecil, sedangkan nafsu serakah Hitler untuk menaklukkan dunia bersumber pada impotensi seksualnya. Hal ini menjadi prinsip yang lebih dinamik dan menemukan diri yang kreatif.

Tingkah laku manusia dibentuk dari gaya hiduppnya yang dibentuk pada usia sekitar 4 – 5 tahun, kemudian berkembang sesuai dengan pengalaman-pengalamannya dikelak kemudian hari. Gaya hidup manusia mungkin tidak berubah karena setelah manusia mendapatkan apa yang sesuai dengan keinginannya, ia akan berusaha untuk memelihara dan mempertahankannya. Gaya hidup ditentukan oleh luasnya inferioritas-inferioritas yang istimewa. Jika anak lemah fisik, ia akan berusaha untuk memiliki gaya hidup dan menguatkan intelektual yang tinggi.
Daya kreatif merupakan konsep lanjutan yang berkembang dari gaya hidup. Isi dari daya kreatif merupakan hal yang paling berkuasa dalam struktur kepribadian dimana daya kreatif ini terbentuk dari keturunan maupun pengalaman sehari hari. Selain itu daya kreatif meripakan prinsip yang aktif dari kehidupan manusia, merupakan jembatan antara stimulus-stimulus yang menerpa seseorang dan respon-respon yang diberikan orang yang bersangkutan terhadap stimulus-stimulus itu. Pada hakikatnya, doktrin tentang diri kreatif itu menyatakan bahwa manusia membentuk kepribadiannya sendiri. Adler menawarkan potret manusia yang lebih memuaskan, lebih penuh harapan, dan lebih mengangkat harkat manusia. Konsepsi Adler tentang hakikat kepribadian sejalan dengan pengertian populer bahwa individu-individu dapat menjadi tuan, bukan korban dari suratan tangannya. Diri kreatif adalah ragi yang mengolah fakta-fakta dunia dan mentransformasikan fakta-fakta ini menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamik, menyatu, personal dan unik. Diri kreatif memberikan arti pada kehidupan; ia menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya. Diri kreatif adalah prinsip aktif kehidupan manusia, dengan altruisme, humanitarianisme, kerjasama, kreativitas, keunikan, dan kesadaran, untuk mencapai kembali rasa martabat dan harga diri pada manusia yang telah dihancurkan oleh psikoanalisis.[2]



B. TEORI KEPRIBADIAN CARL ROGER

1. SEJARAH SINGKAT CARL ROGERS
Carl Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, illionis, sebuah daerah pinggiran Chicago.Masuk psikologi klinis di Columbia University dan menerima gelar Ph.D thn 1931. Tahun 1942, dia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy. Pada thn 1945 dia di undang untk mendirikan pusat konseling di Universitas of Chicago. Tahun 1946-1957 menjadi Presiden the American Psychological Association. Dia meninggal pd thn 1987.
2. KONSEP KEPRIBADIAN
  • Tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia memandang realita secara subyektif.
  • Bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri.
  • Manusia itu Bebas, Rasional, Utuh, mudah berubah, sebjektif, heterostatis, dan sukar di pahami.
  • Tori Rogers adalah memanusiakan manusia.
  • Rogers terkenal dengan terapy client-centered therapy
Rogers adalah orang yang pertama melibatkan peneliti ke dalam sesi terapi (memakai tape recorder) yang pada tahun 1940 membuka sesi klien untuk di cermati orang lain.
Tekniknya mudah di pahami dan banyak bermanfaat bagi klien, sehingga tersebar luas di kalangan konselor pendidikan, konselor dan bimbingan dan pekerja sosial.
Untuk mempergunakannya di butuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian.[3]

3. TEORI KEPRIBADIAN MENURUT CARL ROGERS

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
a. Perkembangan Kepribadian “Self”
Self atau self concept adalah konsep menyeluruh yang terorganisir mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self concept menggambarkan konsep orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan struktur kepribadian yang sebenarnya. Carl Rogers mendeskripsikan the self  atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu :
Real Self adalah keadaan diri individu saat ini.
Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen sebidang. Artinya ada saat dimana self berada pada keadaan inkongruen, kongruensi self ditentukan oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang kongruen adalah yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi “self I” dan “self me” sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang lain. Semakin lebar jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang dirasakan dan jika tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau mal-adjustment atau neurosis. Misalkan anda memiliki ideal selfsebagai orang yang memiliki bentuk tubuh ideal serta memiliki prestasi yang tinggi dibanding teman –teman anda, tetapi nyatanya real self anda adalah orang yang tidak memiliki bentuk tubuh yang ideal serta prestasi anda adalah rata-rata dengan teman-teman anda maka akan ada kesenjangan antara real self dan ideal self yang dapat menimbulkan kecemasan.
Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang mengalami sehat secara psikologis (kongruen), dalam Syamsu dan Juntika (2010:145) disebutkan sebagai berikut :
  1. Seseorang mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
  2. Terbuka terhadap semua pengalaman, karena tidak mengancam konsep dirinya
  3. Mampu menggunakan semua pengalaman
  4. Mampu mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning person).
Bagian dari medan fenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar atas diri sendiri.
·         Berkembang dari interaksi dengan lingkungan
·         Individu berperilaku dengan cara yang selaras/ konsisten dengan self
·         Pengalaman yang tidak selaras dengan self dianggap sebagai ancaman
·         Self mungkin berubah sebagai hasil dari maturation dan proses belajar
b. Peran Positive Dalam Pembentukan Kepribadian
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain (warmth, liking, respect, sympathy & acceptance, love & affection). Kebutuhan ini disebut need for positive regardPositive regard terbagi menjadi 2 yaitu:
Conditional positive regard (bersyarat)  Conditional positive regard atau penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan orang tua memuji, menghormati, dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh anak itu berpikir dan bertingkah laku seperti dikehendaki orangtua.
Unconditional positive regard (tak bersyarat). Unconditional positive regard disini anak tanpa syarat apapun dihargai dan diterima sepenuhnya.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Setelah self dan organism bisa menjadi suatu kesatuan yang baik, namun ketika ia masuk ke lingkungan sosial luar yang beperan sebagai medan phenomenal. Belum tentu ia dapat berkembang dengan sebagaimana mestinya.
Untuk mengatasi tekanan yang dirasakan, Rogers berpendapat terdapat cara untuk mengatasinya, yaitu melalui Pertahanan. Ketika individu berada dalam incongruity maka pada saat itu individu berada dalam situasi terancam. Menjelang situasi yang mengancam itu individu akan merasa cemas. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan melarikan diri dalam bentuk psikologis dengan menggunakan pertahanan-pertahanan. Dua macam cara pertahanan adalah pengingkaran dan distorsi perseptual.
Pengingkaran adalah individu memblokir situasi yang mengancam melalui menyingkirkan kenangan buruk atau rangsangan yang memancing kenangan itu munculdari kesadaran (menolak untuk mengingatnya). Distorsi perseptual adalah penafsiran kembali sebuah situasi sedemikian rupasehingga tidak lagi dirasakan terlalu mengancam. Ketika pertahanan yang dilakukan seseorang runtuh dan merasa dirinya hancur berkeping-keping disebut sebagai psikosis. Akibatnya perilaku individu menjadi tidak konsisten, kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak nyambung, emosinya tidak tertata, tidak mampu membedakan antara diri dan bukan diri serta menjadi individu yang tidak punya arah dan pasif.
c. Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
  1. Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke system saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsidan ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
  1. Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, karena orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau disegarkan oleh tiap pengalaman, akan tetapi orang yang defensif harus mengubah suatu pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu struktur diri yang berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang berikutnya.
3.    Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis “apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya?”.
Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
Karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.
  1. Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
  1. Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif kerpakali benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan merka dan memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling penuh.
Orang yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap banyak pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan adalah tidak kreatif dan tidak spontan.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.
























BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Teori psikologi individual Adler ini, memang lebih banyak berupaya menyadarkan manusia, bahwa ia merupakan mahluk yang berdaya dan memiliki rasa sosial yang dalam, sehingga itu pulalah ia dapat “survive” dalam menjalani hidup. Teori ini pula, memiliki kekuatan dalam hal memprediksi perilaku manusia melalui tujuan semu atau akhir dari perilaku yang diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran dari diri manusia tersebut.
Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self. Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya.
Diri merupakan salah satu konstruk sentral dalam teori Rogers, dan ia telah memberikan suatu kejelasan yang menarik bagaimana ini terjadi Berbicara secara pribadi, saya memulai karir saya dengan keyakinan yang mantap bahwa “diri” adalah suatu istilah yang kabur, ambigu atau bermakna ganda, istilah yang tidak berarti secara ilmiah, dan telah hilang dari kamus para psikolog bersama menghilangnya para introspeksionis. Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan.








DAFTAR PUSTAKA






[1] http://adf.ly/2698774/int/http://illarezkiwanda.blogspot.co.id/2012/04/teori-kepribadian-alfred-adler.html
[2] http://hamdimuhamad.blogspot.co.id/2015/09/teori-kepribadian-alfred-adler.html
[3] https://nerys2.wordpress.com/carl-rogers/